Education is the most powerful weapon which you can use to change the world-Nelson Mandela-   Education is the ability to listen to almost anything without losing your temper or your self-confidence-Robert Frost-  Education: the path from cocky ignorance to miserable uncertainty-Mark Twain-  Education is our passport to the future, for tomorrow belongs to the people who prepare for it today

Rabu, 27 Juni 2012

5 Tips Sederhana Menyambut Libur Sekolah

LIBUR sekolah telah tiba. Waktunya mengajak sang buah hati melancong ke berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi. Berlibur ke pantai, menikmati segarnya alam pegunungan, atau hanya mengunjungi rumah nenek?
Semua bisa diatur, asalkan keperluan selama liburan dapat dipersiapkan dengan teliti. Caranya sebagai berikut:
1.    Persiapkan lebih awal
Musim liburan sekolah menjadi salah satu momen tersibuk di dunia travelling. Mulailah mempersiapkan acara berlibur Anda setidaknya dua minggu sebelum liburan dimulai. Mengecek tarif penginapan, memeriksa harga tiket, sampai detil lokasi wisata yang akan dikunjungi. Dengan begini, Anda akan terhindar dari kepanikan di saat-saat terakhir sebelum berangkat liburan.
2.    Sediakan budget khusus
Tak ada salahnya memasukkan budget liburan dalam anggaran rumah tangga Anda. Yang perlu diingat sebelum menyusun anggaran, pertimbangkan kenaikan harga yang selalu terjadi di musim liburan sekolah, seperti tarif hotel dan transportasi. Pertimbangkan pula budget untuk membeli oleh-oleh bagi kerabat sepulangnya Anda dari tempat berlibur.
3.    Meminta saran dan testimoni
Anda tentu tak ingin acara liburan Anda berakhir dengan tersesat di tempat antah-berantah, kan? Dalam memilih lokasi wisata, mintalah testimoni dari orang-orang yang pernah mengunjungi tempat itu. Dari kawan-kawan terdekat atau review di internet, saran ini akan berharga terutama jika Anda akan mengunjungi tempat yang belum pernah Anda datangi sebelumnya. Pastikan pula tempat yang Anda kunjungi aman bagi anak-anak.
4.    Siapkan mental anak
Anak rewel di perjalanan, aduh, repotnya minta ampun. Apalagi kalau mabuk perjalanan atau bahkan, minta pulang di tengah jalan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, beri tahukan si kecil apa saja yang akan dilaluinya saat liburan. Perjalanan berjam-jam, mual saat berkendara, atau menahan pipis sampai melintasi toilet umum terdekat, biarkan anak memahami apa saja yang harus dilakukan jika kondisi seperti itu terjadi. Dengan begini, si kecil tak akan rewel jika merasa tak nyaman.
5.    Hindari packing terburu-buru
Mulailah berkemas beberapa hari sebelum pergi berlibur. Hindari packing semalam sebelum berangkat, karena kemungkinan ada barang-barang yang tertinggal akan semakin besar. Jangan lupa untuk membawa serta benda-benda yang dapat membuat si kecil nyaman di perjalanan. Mainan atau selimut kesayangannya, serta obat-obatan (termasuk obat anti mabuk perjalanan), dapat membuat si kecil semakin menikmati acara liburannya.
dari Berbagai Sumber

Jumat, 22 Juni 2012

Mengapa Setiap Keluarga Memerlukan Perpustakaan Kecil di Rumah?

Saya tertegun sejenak, dan membayangkan bila saya mempunyai perpustakaan kecil di rumah. Di dalam ruangan itu ada rak atau lemari buku yang berisi buku-buku yang saya beli. Lalu dengan program microsoft excel, saya buat daftar nama-nama buku, dan diberikan nomor kodenya. Dengan harapan akan memudahkan saya mencari buku yang diperlukan, bila buku itu terus bertambah banyak. Mirip perpustakaan sekolah yang terkelola dengan baik.

 Setiap keluarga sebaiknya memiliki perpustakaan kecil di rumah. Dari perpustakaan kecil ini kita membiasakan anak membaca dan senang dengan buku-buku atau majalah atau berlangganan koran yang diletakkan dengan rapi. Masalahnya, kita kurang memperhatikan hal kecil ini. Perpustakaan masih dianggap sesuatu yang tak perlu ada di dalam rumah. Apalagi ketika rumah kita berukuran mungil, dan deket ke mana-mana (maksudnya deket ke kamar tidur, deket ke kamar makan, dekat ke dapur, deket ke kamar mandi, dll).

 Alhasil,  jarang ditemui ada sebuah keluarga yang mengelola buku-bukunya dengan baik melalui perpustakaan kecil yang dikelola secara bersama. Terkadang sering ditemui buku dan majalah berserakan dimana-mana. Kita tak menyimpannya dalam sebuah lemari atau rak buku. Ketika hendak membutuhkannya, barulah kita mencarinya kemana-mana. Waktupun terkadang menjadi habis hanya untuk mencari sebuah buku yang pernah kita baca.

 Bahkan ada buku yang belum sempat terbaca. Masih dalam keadaan bersampul plastik dari penerbit. Belum dibuka dan baru dibaca cover depan dan belakangnya saja. Belum sempat terbaca secara utuh, buku itu telah hilang dalam ingatan kita.

 Berbeda halnya bila kita memiliki perpustakaan kecil di rumah. Buku terjaga kerapihannya. Kita mudah mencarinya kembali, dan membuat kita terbiasa disiplin untuk meletakkannya kembali ketika sudah selesai membacanya.

 Membiasakan diri meletakkan buku kembali ke dalam rak buku bukanlah perkara mudah seringkali kita begitu saja meletakkan buku-bukunya setelah selesai membacanya. Begitu kita membutuhkannya, barulah terasa kalau kita memerlukan buku itu sebagai referensi.

 Kita sering meletakkan buku di atas meja, dan berserakan dimana-mana. Bila buku itu untuk dijual, hal itu tak mengapa. Tapi bila buku diletakkan sembarangan, dan berserakan tentulah tak nikmat di pandang mata.

 Saya bersyukur memiliki seorang ibu yang melatih saya disiplin untuk masalah buku. Ibu selalu mengingatkan saya untuk melatakkan kembali buku-buku yang saya baca dalam sebuah rak buku yang dibelinya. Buku pelajaran terpisah dengan buku umum. Hal itu sengaja dilakukan ibu untuk memudahkan anak-anaknya mencari buku yang diperlukannya.

 Untuk membuat dan mengelola perpustakaan kecil di rumah sebenarnya tidaklah susah. Hal yang diperlukan hanya komitmen dan kedisiplinan saja. Kita tak perlu menggunakan ruangan yang luas. Cukup memanfaatkan ruangan yang ada dengan membuat rak gantung di ruangan. Persoalannya hanya pada kemauan kita untuk membudayakan minat baca pada keluarga. Bila kita sudah memulainya dengan membuat perpustakaan kecil di rumah, tentu akan membuat anak-anak suka dengan buku-buku, dan majalah.

 Mengapa setiap keluarga perlu perpustakaan kecil di rumah? jawabannya adalah perpustakaan kecil di rumah diperlukan agar memudahkan anggota keluarga mencari buku yang telah dibacanya. Membuat mereka menjadi suka dan senang membaca karena buku tertata dan terkelola dengan baik. Pada akhirnya, budaya baca menjadi melekat dalam diri anak-anak kita, karena sudah dimulai dalam keluarga.

 Bila kita belum memiliki perpustakaan kecil di rumah, mulailah dengan hal-hal yang mudah dan sederhana. Belilah rak buku atau lemari buku, kemudian susun dengan baik. Akan lebih mudah bila kita menyusunnya berdasarkan abjad atau judul buku.

 Masalahnya, ukuran buku sekarang tidaklah sama panjang dan lebarnya. Ada yang panjang, dan ada yang pendek. Tinggal pandai-pandailah kita meletakkannya. Dibutuhkan sebuah kreativitas dalam mengelola perpustakaan kecil menjadi sesuatu tempat yang menyenangkan, dan menantang.

 Bila rumah kita kecil dan mungil, buatlah rak gantung di dinding. Letakkan buku-buku di dinding dengan rapi. Namun yang harus diperhatikan jangan biarkan buku langsung menempel di dinding sebab udaranya terkadang lembab dan dingin sehingga akan menyebabkan buku menjadi rusak.

 Jangan biarkan buku-buku kita tak terawat dan terkelola dengan baik. Yuk kita kelola buku-buku yang dimiliki dengan meletakannya pada almari atau rak buku yang sudah disiapkan. Bila ada uang berlebih, buatlah lemari buku yang disesuaikan dengan panjang dan lebar ruangan sehingga nyaman dan indah dipandang mata.

 Buku adalah jendela ilmu. Dengan buku akan banyak ilmu yang didapat. Siapa yang rajin membaca pastilah luas wawasan berpikirnya. Orang yang berilmu  pengetahuan biasanya sangat senang dan suka membaca buku. Kalau ditelaah lagi, mereka pasti memiliki perpustakaan pribadi di rumah yang terkelola dengan baik.

 Setiap keluarga sebaiknya memiliki perpustakaan kecil. Orang tua harus memberi contoh anak-anaknya untuk mampu mengelola buku-bukunya dengan baik dan cermat. Ketika buku ditelakkan pada tempatnya, kita pun akan berselera untuk segera membacanya. Baca buku buka dunia. Kita serasa berkeliling dunia bila menemukan buku yang menggoda hati.

 Sekarang pertanyaannya adalah sudahkah anda memiliki perpustakaan kecil di rumah?

wallahu a'lam

Rhizo Education

Rabu, 20 Juni 2012

Pendidikan Inklusif Hadapi Tantangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah reguler yang menyelenggarakan pendidikan inklusif yang juga menerima anak-anak berkebutuhan khusus belum sepenuhnya mampu memberikan layanan khusus yang berbeda bagi anak-anak yang membutuhkan.
Akibatnya, anak-anak berkebutuhan khusus sering diperlakukan sama dengan anak-anak reguler lainnya. "Kalau yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus itu guru reguler sepertinya kurang optimal. Soalnya, banyak guru yang tidak sabar dengan perilaku yang berbeda dari anak-anak reguler lainnya," kata Endang, pimpinan SD inklusi di daerah Slipi, Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Para guru di sekolah inklusi juga masih belum sepenuhnya memahami perbedaan gangguan perilaku dan mental dalam tiap diri anak berkebutuhan di sekolah. Akibatnya, para guru sering kewalahan menghadapi keseharian anak-anak di sekolah.
Ati, guru SD inklusi di Jakarta, mengatakan di kelas 2 sekolahnya ada 10 anak berkebutuhan khusu dari total siswa 30 orang. Sementara guru pembimbing khusus (GPK) yang jumlahnya dua orang diminta tidak menangani anak secara langsung, tetapi memberi masukan pada guru.
Kemampuan belajar anak-anak berkebutuhan khusus yang lebih lamban pada sejumlah siswa juga jadi kendala. Para guru di sekolah inklusi masih kebingungan untuk memberi putusan anak-anak tersebut bisa naik kelas atau tidak. Persoalan-persoalan di lapangan dalam pelaksanaan sekolah inklusi ini sejalan dengan kajian Helen Keller International (HKI).
Pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif belum optimal. Sekolah tak memahami kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang berbeda-beda. Selain sosialisasi konsep pendidikan inklusif yang kurang, guru juga tak kompeten menangani anak berkebutuhan khusus.
Guru belum punya bekal kompetensi yang memadai ketika harus mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif Irwanto, Ketua Pusat Kajian Disabilitas Universitas Indonesia, mengatakan sekolah memang menghadapi dilema.
Ada ketentuan tidak boleh bersikap diskriminatif dalam penerimaan siswa, termasuk anak berkebutuhan khusus, tetapi kapasitas guru di sekolah tersebut belum memadai.
"Ini harus jadi perhatian serius pemerintah. Seperti juga dalam pengembangan pendidikan anak usia dini yang marak, panduan untuk pendidik dalam memahami anak-anak berkebutuhan khusus tidak ada. Sementara produk guru dari lembaga pendidikan guru masih berparadigma lama yang belum memahami perlunya layanan yang berbeda-beda bagi anak," kata Irwanto.
Agustina Indriati, psikolog dari Pusat Kajian Disabilitas UI, mengatakan dalam pelayanan sekolah inklusi, para guru mesti memahami setiap kebijakan dan layanan pendidikan yang diberikan bagi siswa haruslah berprinsip pada kepentingan terbaik siswa. Mereka jangan diperlakukan dengan perspektif "kasihan".
Menurut Agustina, anak-anak berkebutuhan khusus ini perlu belajar untuk meregulasi dirinya sehingga dapat hidup dalam masyarakat mainstream atau umum.
"Kalau anak-anak ini tidak dibantu sejak dini, mereka sulit beradaptasi. Cuma perlu pilihan-pilihan yang pas bagi anak. Misal untuk belajar disiplin, tentu tidak bisa dengan cara yang keras," kata Agustina.
Pusat Kajian Disabilitas UI melakukan pendampingan bagi sejumlah sekolah inklusi. Selain itu, juga kegiatan pemberdayaan masyarakat yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus sehingga keluarga tahu pola asuh yang tepat untuk mengoptimalkan potensi anak. 

Senin, 18 Juni 2012

Bagaimana Membangun ketrampilan emosional anak sejak dini menjadi sangat penting kalau kita kembali akan membuat karakter anak ?

Orang yang tidak sependapat meragukan perlunya mengajarkan emosi kepada anak-anak. Dan mereka bertanya, Bukankah emosi datang secara alami pada anak-anak? Jawabnya adalah TIDAK!. Banyak ilmuwan percaya bahwa emosi manusiawi kita, terutama, berkembang melalui mekanisme kelangsungan hidup. Dan anak yang mempunyai kecerdasan emosional akan mendapat banyak keuntungan pada masa mendatang dalam perjalanan hidupnya. Dan kecerdasan emosional, atau EQ (Emotional Quotient), bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada suatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau "karakter".

 Apakah Kecerdasan Emosional itu ?

 Istilah "Kecerdasan Emosional"pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvad University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

 Kualitas-kualitas ini antara lain adalah :

 * Empati (kepedulian)
 * Mengungkapkan dan memahami perasaaan
 * Mengendalikan amarah
 * Kemandirian
 * Kemampuan menyesuaikan diri
 * Disukai
 * Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
 * Ketekunan
 * Kesetiakawanan
 * Keramahan
 * Sikap hormat

 Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa ketrampilan EQ yang sama untuk membuat anak siswa yang bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh teman-temannya di arena bermain, juga akan membantunya pada dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk ke dunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.

 Berbeda dengan IQ, EQ sulit untuk diukur, namun walaupun kita tidak dapat begitu saja mengukur bakat atau sifat-sifat khas seseorang - misalnya kemarahan, percaya diri atau sikap hormat kepada orang lain - kita dapat mengenali sifat-sifat tersebut pada anak-anak dan sepakat bahwa sifat-sifat tersebut mempunyai nilai penting.

 Barangkali perbedaan yang paling penting untuk diketahui antar IQ dan EQ adalah, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk melanjutkan apa yang sudah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan. Disinilah orang tua berpeluang dan mempunyai kesempatan yang tidak dapat diulang, untuk membentuk pribadi anak yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik.

 Tidaklah mudah untuk membentuk pribadi dengan kecerdasan emosional yang ideal, perlu kesabaran dan ketelitian. Usaha membentuk kecerdasan emosional ini bukanlah suatu yang harus membebani orang tua dalam mendidik anaknya, dan tidak ada orang tua yang sempurna. Satu hal penting yang perlu diingat adalah bahwa satu perubahan saja dapat memberikan efek yang luar biasa pada kehidupan anak kita. Dengan kata lain, menekankan pada salah satu aspek (dalam kecerdasan emosional) akan mendatangkan efek bola salju.

 Dengan melihat kualitas-kualitas yang ditunjukkan dalam kecerdasan emosional, kita akan sepakat bahwa karakter-karakter seperti itulah yang diharapkan oleh kita sebagai makhluk sosial dan dengan memiliki beberapa kualitas tersebut seorang anak atau orang dewasa akan dapat menghadapi permasalahan-permasalahan hidup yang semakin komplek dan berhubungan dengan orang lain.

wallahu a'lam

Rhizo Education

Jumat, 15 Juni 2012

Sejak Kapan Kecerdasan Emosional Perlu Ditanamkan pada Anak?

Keberhasilan kecerdasan emosional seseorang berpengaruh pada kesuksesan seseorang pada masa mendatang, juga berpengaruh pada prestasi belajar dan bekerja. Hal tersebut sudah harus menjadi kebiasaan sejak kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional sudah harus diberikan sejak usia anak mengenal tantangan di dunia luar kehidupan dirinya, yaitu sejak balita.

 Mengingat semakin meluasnya informasi penting mengenai kecerdasan emosional ini, sekarang banyak lembaga pendidikan, khususnya prasekolah, kembali mengembangkan kurikulum yang menyangkut kecerdasan emosional ini. Karena kecerdasan ini berpengaruh juga pada prestasi belajar para siswa. Tetapi perlu diingat, dibandingkan pendidikan di sekolah yang hanya beberapa jam dalam sehari, akan lebih efektif lagi bila pendidikan itu diberikan juga dirumah secara habitual (kebiasaan).

 Kecedasan tersebut tidak hanya dibutuhkan di dalam proses belajar di bangku sekolah atau kehidupan rumah tangga tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas sampai ke jenjang kerja. Dan apabila kita kupas satu persatu kualitas kecerdasan emosional tersebut kita akan bisa lihat manfaat dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

 Sampai sejauh mana kecerdasan emosional mempengaruhi keberhasilan dalam setiap tahap kehidupan sejak kecil ?

 Hal itu bisa kita diskusikan selanjutnya. Dan semua itu tergantung pada kita sebagai orang tua, apakah kita sebagai orang tua peduli pada perkembangan kecerdasan emosional anak-anak kita.

wallahu a'lam

Rhizo Education

Rabu, 13 Juni 2012

Optimalkan Pendidikan di Rumah!

Orang tua memegang peran yang sangat penting dalam memajukan bangsa lewat mendidik dan memajukan anak-anak mereka sendiri. Orang tua tidak perlu harus tahu dengan matematik, bahasa asing (Inggris, Arab, Jepang), akuntansi, fisika dan lain-lain, namun mereka mampu menciptakan generasi yang bernas melalui model, motivasi dan semangat yang mereka pompakan pada anak sepanjang waktu. Mereka juga perlu belajar bagaimana menjadi orang tua yang cerdas terhadap anak-anak mereka sendiri. Mereka perlu, terlebih dahulu memahami mengapa dan bagaimana anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak memahami pertumbuhan dan perkembangan anak telah membuat jutaan orang tua di dunia ini menjadi salah didik. Maka agar tidak salah didik, carilah informasi tentang mendidik anak.

 Orang tua punya peran besar dalam pengembangan pendidikan agama dan moral anak. Kuaitas agama anak (seseorang) ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihannya pada masa kecil dan saat iaremaja. Orang yang tidak pernah mendapat didikan agama dan pendidikan moral pada waktu kecil (sampai remaja) maka ia tidak merasakan pentingnya beragama dan berlaku santun pada waktu dewasa. Baca Juga Mengoptimalkan Pendidikan Di Rumah

 Bahkan Pendidikan anak bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pengalaman nyata seorang sahabat yaitu sejak ia mengandung ia memiliki kebiasaan membaca buku mengenai "Muhammad Teladanku", Saat ini anaknya telah berusia 3 tahun kurang dan sangat senang apabila didongengkan mengenai kisah-kisah "Muhammad Teladanku" Bahkan di usianya yang masih balita anak sahabat tersebut sudah pandai menceritakan mengenai peristiwa munculnya air zam-zam walaupun masih terbata-bata.

 Apa Media Interaksinya Agar Terjalin Interaksi Orang Tua dan Anak

 Yang dimaksud dengan media interaksi adalah alat bantu yang dapat dipergunakan oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya untuk merangsang dan mendorong proses belajar anak dengan cara yang tepat dan menyenangkan.

 Manfaat langsung dari media interaksi adalah:
 1. Dapat langsung mempengaruhi panca indera dan otot-otot badan serta gerakan anak.
 2. Memberikan kebebasan dan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman2 baru, baik yang dialami sendiri oleh anak maupun yang dilihatnya.
 3. Mengakrabkan hubungan orang tua/keluarga dengan anak .
 4. Hasil Penelitian juga menunjukkan Kebahagiaan Anak Ditentukan Oleh Peran Penting Ayah

 Media interaksi dapat berupa :
 1. DONGENG ATAU CERITA
 Pilihlah dongeng / cerita yang siuai dengan daya tangkap anak, mengandung pesan positif.
 Sumber dan tema cerita dapat pengalaman hidup, ajaran agama, cerita kepahlawanan, cerita rakyat ataupun aturan2 hidup seperti pentingnya kebersihan.
 Pilihlah waktu yang tepat misalnya ketika anak akan berangkat tidur
 Pergunakan alat bantu sederhana seperti boneka dan berceritalah dengan bahasa yang sederhana
 dan penuh rasa kasih.

Pilihan Paket "Wahana Belajar Anak Cerdas (WBAC)" bisa menjadi media interaksi yang bisa digunakan orang tua sebagai wahana pendidikan bagi anak-anak. Paket buku ini sangat bermanfaat bagi orang tua yang ingin anaknya menjadi cerdas, selalu berfikir kritis, kreatif dan inovatif. Paket buku ini akan membantu orang tua dalam mengajar, membaca, menulis, matematika, pengetahuan tentang keselamatan, serta membangun karakter yang baik bagi anak-anak. Terdiri dari 20 buku utama dan dilengkapi dengan 9 komponen untuk mengoptimalkan kecerdasan anak-anak.

 Nilai-nilai yang diperkenalkan adalah agar anak mampu :
 a. Mencintai bacaan dan gemar membaca
 b. Mengenal konsep diri, etika, dan logika sederhana
 c. Memahami konsep matematika dengan logika yang menyenangkan
 d. Memahami pentingnya keamanan dan keselamatan

 Paket buku ini terdiri dari .
 1. Wahana Membangun Karakter (6 buah buku)
 2. Wahana Keajaiban Matematika (10 buah buku)
 3. Wahana Pengetahuan Keselamatan (4 buah buku)
 4. Wahana Kreativitas (7 buah buku + flash card +CD interaktif)

Atau Seri kisah sirah Nabi Muhammad Salallaahu alaihi wasallam. pertama di Indonesia untuk anak-anak yang disampaikan dalam bentuk dongeng. Mengenalkan kepada keluarga pada sosok teladan utama manusia. Disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami, mengalir dan mengasyikkan, serta kaya akan nilai-nilai akhlaq mulia dan sejarah Islam. Memahami nilai-nilai Islam yang dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. jadi lebih menarik dalam sajian ilustrasi artistic full color. Semakin tidak membosankan karena dilengkapi dengan berbagai sarana interaktif.

 Info Mengenai Buku-buku ini bisa anda dapatkan di Buku Program Pendidikan Orang Tua Cerdas

2. KEGIATAN BERMAIN
 Melalui bermain balita akan akan mendapatkan kemampuan berbaha, berfikir dan mengenal
 lingkungannya.
 menguatkan dan membuat trampil anggota badannya
 menjadikan anak lebih kreatif
 balita akan belajar bertanggung jawab dengan mematuhi peraturan dalam permainan.
 Anak balita perlu diarahkan dalam memilih jenis permainan yang sesuai dengan tempat, waktu dan suasana.
 Bermain juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak

wallahu a'lam

Rhizo Education

Senin, 11 Juni 2012

GURU YANG MENGAJAR DENGAN HATI

Sebut saja bu Riri, lulusan S1 PAUD, seorang guru kelompok bermain dan TK di sebuah kota kecil. Sekolahnya kecil, kelasnya bekas garasi mobil dan baru saja punya taman bermain yang sebenarnya berfungsi ganda. Jika pagi untuk taman bermain dan jika siang sampai malam untuk parkir kendaraan. Walhasil kalau di lihat dari fasilitas, kita semua menarik nafas panjang.

Belum lagi sekolah itu dengan beraninya menerapkan ‘multiple intelligence’ yaitu memandang semua anak cerdas dan harus punya kesempatan bersekolah. Konsep ini sangat terekam sangat kuat di otak bu Riri. Menurut dia sebenarnya tidak ada anak bodoh, tidak ada anak nakal, apalagi seusia TK. Namun bagaimana kita memberi pelayanan kepada anak-anak tersebut. Itulah kuncinya. Pada saat konsep itu dikumandangkan maka penerimaan siswa baru pada tahun ajaran baru banyak dimasuki oleh anak-anak ‘spesial’.

Namun ada yang luar biasa dari Bu Riri ini. Meskipun belum memahami konsep ‘sekolah inklusi’ bu Riri menerima dan melayani anak-anak spesial ini dengan hati dan keikhlasan yang luar biasa. Pangil saja si Budi, siswanya yang spesial. Tidak bisa diam dan selalu menggoda bahkan memukul teman-temannya. Apa yang dilakukan bu Rini? Mengumpulkan semua siswanya dan memberi penjelasan sederhana.

“Anak-anak, Budi ini tidak nakal lho, dia anak yang baik dan harus menjadi sahabat semua. Dia memukul itu disebabkan suasana yang tidak nyaman. Mungkin tadi ada yang membentak, mungkin tadi yang menarik tangannya, dan lain-lain. Anak-anak iklhas ya membantu Budi …”

Tak henti-hentinya penjelasan itu diberikan kepada seisi kelas. Satu minggu kemudian muncul tantangan baru lagi. Ada tiga anak spesial yang mendaftar lagi. Kepala sekolahnya mengatakan bahwa batasan anak spesial hanya 1 anak di kelas, tidak boleh lebih. Sebab sekolah ini masih tidak memiliki ‘shadow teacher’ maupun ‘terapis’. Namun orangtuanya terus mendesak, sebab tidak ada lagi sekolah di daerah itu yang mau menerima. Ketika hampir terjadi ‘dead lock’, bu Riri mengatakan bahwa dia sanggup untuk mengatasi tiga anak spesial itu.

“Sudah ibu kepala sekolah terima saja mereka. Buat saya, asal mereka bisa kumpul sama teman-temannya, itu sudah bagus. Insyaallah saya akan menjaganya sekuat tenaga saya.”
 Kepala sekolahnya hanya bisa mengelus dada tanda ucapan terima kasih kepada bu Riri.

Selanjutnya esok harinya kelas tersebut diramaikan lagi dengan datangnya tiga anak spesial, jadi total ada empat anak spesial. Satu kelas dengan 15 anak, dengan 4 anak spesial, dengan 1 guru. Apa mungkin itu bisa berjalan? Dengan rasa penasaran saya melakukan interview dengan bu Riri.

Saya : Maaf bu Riri … apa ibu paham tentang konsep sekolah inklusi?
 Bu Riri : Belum tuh pak …

Saya : (dengan serius saya menjelaskan konsep sekolah inklusi)
 Bu Riri : Oh … itu toh pak. Di sekolah ini juga begitu. (Sambil mengenalkan nama-nama anak yang spesial).

Saya : Tapi ibu … harus ada batasan jumlah anak spesial itu pada setiap kelasnya. Apa ibu tidak capek mengajar dengan banyak anak spesial.
 Bu Riri : Kalau dibilang capek yang dari dulu capek pak. Saya hanya kasihan melihat anak spesial itu tidak bisa sekolah. Kalau sudah kumpul begini, capek saya jadi hilang. Apalagi melihat mereka tertawa riang sambil bermain. Duh seneng gitu rasanya …

Saya : Tapi ibu … sekolah semacam ini itu mestinya ada shadow teacher, ada terapisnya. Saya malah khawatir anak-anak spesial tersebut jadi liar dan menciderai anak didik lainnya?
 Bu Riri : Oh .. gitu toh pak? Tapi saya enjoy itu pak …

Saya : Lalu bagaimana caranya ibu mengatur kelas ini?
 Bu Riri : Ya biasa saja pak … anak-anak spesial itu hanya saya suruh melihat-lihat, jika mulai ‘mengamuk’ saya peluk. Terkadang saya harus memeluk dua orang sekaligus. Terkadang saya dibantu oleh siswa-siswa yang lain. Tapi alhamdulillah ujung-ujungnya mereka tenang.

Saya : Apa ada yang celaka sebab anak-anak spesial mengalami ‘tantrum’?
 Bu Riri : Ya.. biasa pak. Saya sering digigit, dijambak jilbab saya atau di pukul. Saya Cuma bilang jangan sampai memukul teman-temannya, tapi pukul dan gigit saya saja, nanti akan tenang.

Saya : Apa ibu tidak kesakitan?
 Bu Riti : Sakit sih pak..tapi sebentar sakitnya hilang tuh. Kasihan pak mereka kan tidak sengaja melakukan itu. Pokoknya saya mengajar dengan hati.

Saya : Maaf bu Riri… meskipun bu Riri mengajar dengan hati, tapi metode yang bu Riri lakukan itu tidak sesuai dengan teori-teori perkembangan psikologi anak. Ibu harus tahu itu …
 Bu Riri : (sambil tersenyum) maaf pak … mungkin saya menemukan teori psikologi baru kali ya pak, yaitu ‘mengajar dengan hati’

Saya : (mengambil nafas panjang, mengeleng-geleng kepala, dan berdoa … Ya Allah seandainya semua guru seperi bu Riri, pasti bangsa ini maju)
Munif Chatib


Rhizo Education

Jumat, 08 Juni 2012

AGAR KITA MUDAH BELAJAR

AGAR KITA MUDAH BELAJAR

Oleh Munif Chatib





Tahukah kita kalau kecepatan otak kita menyerap informasi 1.287 km/jam. Artinya kapasitas dan kemampuan otak kita ini luar biasa. Bill Gates sampai mengatakan otak kita ini adalah raksasa yang tidur. Kenyataanya kita sangat amat teramat belum mampu memaksimalkan otak kita . Sebab jika arus informasi ini lancar, maka kita akan lebih mudah memahami dan belajar apapun. Jadi dengan kata lain, kesulitan kita menyerap informasi disebabkan arus informasi ada yang macet atau jalannya tidak mulus. Sangat penting, kita sebagai manusia pembelajar untuk mengetahui arus informasi sampai dikelolah oleh otak kita. Perjalanan informasi ini sangat menarik untuk divisualiasikan. Informasi tersebut akan melewati 3 stasiun yang mempunyai karakteristik berbeda.


Stasiun pertama, informasi yang di dapat dari indera kita akan melewati batang otak yang disebut OTAK REPTIL. Otak reptil ini menguasai dunia fisik. Artinya kalau informasi yang masuk dalam otak kita dan lingkungan kita memuaskan otak reptil kita maka informasi tersebut akan diterima dengan baik. Coba bayangkan anda sedang lapar lalu makan di warung yang panas, bau dan banyak lalat. Seenak apapun makanan kita, pasti otak reptil kita memerintahkan kita untuk “get out from here”. Bandingan dengan kita makan di restoran yang sejuk, asri dan nyaman pasti kita nikmat menikmati hidangan.


Dalam dunia pembelajaran, terkadang pemuasan terhadap otak reptile sebagai stasiun pertama arus informasi jarang diperhatikan. Masih banyak lingkungan kelas yang tidak segar, suram dengan warna cat tembok yang tidak enak dipandang. Tidak ada hiasan kelas. Toh kalau ada, berupa gambar pajangan pahlawan yang sudah menguning, maklum hamper 5 tahun tidak pernah diganti.

Saya pernah memberi usul untuk ruang kelas minimal 6 bulan sekali harus diperbaharui. Jadikan merapikan ruang kelas ini menjadi tanggung jawab siswa-siswa di kelas tersebut. Apalagi dengan dilombakan dengan berbagai criteria, pasti akan bagus hasilnya. Kreativitas siswa ditantang untuk mendisain kelasnya.


Selain itu, model belajar dengan “out door” sangat membantu memuaskan otak reptile kita dan anak-anak kita. Bayangkan anak-anak kita dapat menghirup udara segar, melihat pepohonan, merasakan semilir angin, tentu otak reptilnya akan tersenyum dan meloloskan semua informasi menuju ke stasiun kedua.


Pantas saja, ada seorang ahli pendidikan yang mengatakan bahwa penjara paling kejam di bumi ini bukanlah Alcatraz atau Guentenamo, melainkan sebuah ruangan berukuran 6 x 6 meter persegi yang di dalamnya ada 40 lebih anak, yang mulai pagi sampai siang harus duduk untuk menerima informasi-informasi kognitif. Penjara itu namanya KELAS.


Kalau anda kenal si jenius Leonardo Davinci, ternyata hampir semua ilmu yang dia pelajari berasal dari alam. Davinci tidak pernah belajar di sekolah formal atau di kelas. Dia mampu merancang disain helicopter kala melihat dan mempelajari bagaimana seekor capung terbang dan menggerak-gerakkan sayapnya. Sungguh suatu strategi pembelajaran naturalis yang luar biasa.


Setelah informasi tersebut memuaskan otak reptil, maka diteruskan ke otak limbic atau mamalia. Otak limbic ini menguasai dunia emosi. Artinya kita sebagai penerima informasi harus mempunyai kondisi emosi yang stabil. Kita tidak dalam kondisi stress, tertekan, dan tegang. Kondisi emosi kita harus positif, maka otak mamalia akan terpuaskan. Contoh mudahnya, sebagai pelajar berangkat pagi ke sekolah dengan ceria, dapat dukungan dari orangtua, pr sudah dikerjakan. Pasti begitu mengikuti pelajaran di kelas, biasanya lancar. Beda dengan sebelum berangkat sudah dimarahi oranguta, pr belum dikerjakan dan ada masalah dengan teman. Saat menerima informasi dari guru, biasanya tidak lancar.


Setelah lolos dari otak limbic, maka informasi akan masuk ke otak yang disebut neo cortex. Neo cortex ini adalah sang pemikir. Artinya sesulit apapun informasi yang diterima, apabila memuaskan otak reptil, memuaskan otak, maka neo cortex akan mempunyai potensi yang besar untuk menganalisa informasi yang sulit itu.

Jadi bisa disimpulkan, bila kita sebagai pelajar menerima informasi tentang rumus-rumus yang memusingkan akan menjadi mudah kita memahami matematika, bila otak reptil dan otak limbic terpuaskan.


Jadi ada tiga kata kunci yang penting untuk memudahkan kita belajar, yaitu LINGKUNGAN NYAMAN, EMOSI POSITIF, dan KEMAMPUAN BERPIKIR.

Rhizo Education

Rabu, 06 Juni 2012

ADA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA?

ADA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA?

By Munif Chatib


Dalam minggu ini penulis banyak menerima undangan berbicara dalam acara halal bihalal beberapa sekolah. Hampir kebanyakan yang hadir adalah semua pengurus yayasan, kepala sekolah dewan guru dan semua karyawan yang bekerja di sekolah tersebut. Seorang kawan yang kebetulan menjadi direktur di sebuah sekolah membisikkan sesuatu yang penting sebelum saya naik panggung.

“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka lebih baik lagi dalam bekerja”.

Memang sekolah sebagai institusi yang didalamnya wajib membutuhkan sentuhan manajemen sumber daya manusia, sebagai maqom manajemen yang tertinggi, guru adalah komponen yang maha penting.

Bahkan kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja para gurunya.

Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.

Saya sangat setuju dengan pernyataan seorang teman yang memimpin sebuah sekolah yang berkualitas. “Pak Munif tidak semua guru lho mau diberikan pelatihan. Jika seperti itu maka sebagus apapun materi dan kemasan dalam pelatihan itu, biasanya guru tidak akan berhasil mengambil manfaat dari pelatihan itu. Oleh sebab itu, saya merancang sebuah sesi pendaftaran kepada guru-guru saya yang ‘MAU’ ikut pelatihan dengan batasan waktu. Dari situ saja saya sudah tahu, mana guru yang ‘tertarik’ dan ‘tidak tertarik’.

Dua tahun yang lalu pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.

Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru.

Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’.

Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.

Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesame guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan peritnah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.

“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau

“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.

Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:

“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.

“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.

“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.

Dan seterusnya …

Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.

GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.

Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.

Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.

Walhasil, Allah tidak maha mendengar. Maha melihat dan maha mengetahui apa yang dinginkan oleh hambanya yang bertawakkal.

Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana? Bagaimanapun anda. Sekarang anda sudah tahu harus bagaimana menjadi seorang guru yagn professional.

Rhizo Education

Senin, 04 Juni 2012

SEGITIGA EMAS, Strategi Pembelajaran Efektif

SEGITIGA EMAS, Strategi Pembelajaran Efektif

Munif Chatib

Sebuah lesson plan yang cukup berhasil diminati oleh para siswa dalam berbagai jenjang berjudul ‘Loc Cabin Abraham Lincoln. Tidak hanya oleh para siswa, para gurupun tidak mau melewatkan mengajar tanpa lesson plan ini. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah kemampuan memahami gaya hidup sederhana. Dimana menariknya?

Pada jenjang TK, kesederhanaan diwakili oleh sosok Abraham Lincoln. Kenapa Abraham Lincoln? Sebab dia adalah presiden Amerika Serikat yang paling sederhana gaya hidupnya, sampai-sampai ia tidak mau berkantor di Gedung Putih namun di rumah sederhananya yang terbuat dari kayu (log cabin). Dengan berbagai strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, seperti strategi wayang, dengan sarung tangan berbentuk Abraham Lincoln, seorang guru bercerita dengan menariknya sampai membuat semua siswanya terkesima. Apalagi sampai pada puncak kepahlawanan Abraham Lincoln. Semua siswa berdiri dan bertepuk tangan seiring dengan gerakan lucu boneka tangan Abraham Lincoln.

Ada lagi strategi dengan menonton film Abraham Lincoln atau dengan membacakan buku cerita Abraham Lincoln. Walhasil ada banyak strategi pembelajaran tentang kesederhanaan dengan menampilkan sosok Abraham Lincoln. Sangat inspiratif buat siswa.

Guru tidak memulai pembelajarannya dengan pernyataan defenitif kepada siswanya. ‘Anak-anak dengar ya … catat ya …. Yang dimaksud dengan kesederhanaan adalah gaya hidup yang bla..bla…bla …’. Praktis banyak siswa yang menatap sebentar lalu menoleh kanan kiri lalu berbicara sendiri atau mengantuk dan akhirnya tertidur.


Menampilkan tokoh Abraham Lincoln dengan berbagai cara yang menarik ketika para siswa ditanya apa yang dimaksud hidup sederhana? Maka serentak mereka menjawab, seperti Abraham Lincoln, rumahnya saja dari kayu sangat sederhana. Dari jawaban tersebut ternyata memberikan sebuah defenisi sederhana yang tepat dan luas, tidak sempit.

Lessonplan ini tidak hanya berhenti disitu, setelah cerita tentang sosok Abraham Lincoln, siswa-siswa usia TK diminta membuat log cabin atau rumah kayunya Abraham Lincoln dari kue coklat dan kue-kue kering. Lalu hasil karya itu dipamerkan kepada orangtuanya dan guru-gurunya, dan setelah puas, mereka memakannya bersama-sama. Sebuah proses belajar yang menarik.

Bagi siswa-siswa pada jenjang yang lebih tinggi, SD atau SMP, mereka diminta membuat log cabin mini dan apabila di halaman belakang rumah terdapat pohon yang cukup besar dan rindang, log cabin mini tersebut mereka letakkan di atas pohon tersebut. Mereka biasa sebut dengan rumah pohon. Mereka akan puas sekali melihat hasil karyanya. Selain memahami betul makna kesederhanaan dari karyanya, mereka juga selalu terinspirasi dengan Abraham Lincoln. Log cabin di atas pohon itu selalu dijadikan tempat untuk belajar bersama, merencanakan proyek-proyek lain, dan lain-lain.

Bayangkan, betapa cantiknya proses belajar di atas. Saya sebut saja strategi atau metode pembelajaran dengan penokohan tersebut dengan nama SEGITIGA EMAS. Sebuah segitiga memiliki tiga sudut. Satu sudut di atas dan dua sudut lainnya di bawah. Sudut pertama di atas adalah MATERI yang akan diajarkan. Materi apa saja yang terkait dengan karakter atau yang lainnya, misalnya kesederhanaan, keberanian, patuh kepada orangtua, dan lain-lain. Sudut yang kedua adalah PENOKOHAN. Materi yang defenitif tersebut dimunculkan dengan seorang tokoh yagn mewakili materi tersebut. Abraham Lincoln adalah tokoh yang mewakili materi kesederhanaan. Sedangkan sudut yang ketiga adalah AKTIVITAS. Aktivitas ini adalah kegiatan membuat produk atau karya yang terkait antara materi dengan sang tokoh. Dalam lesson plan di atas produk yang ditampilkan adalah membuat log cabin.


Penokohan hakekatnya adalah citra. Aktivitas hakekatnya adalah modalitas yang paling disukai oleh otak. Artinya perpaduan antara PENOKOHAN dan AKTIVITAS menjadi kombinasi strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa.

Dalam karya tulis saya, yang berjudul Islamic Quantum Learning lebih detail memaparkan kualitas dari PENOKOHAN ini. Bagaimana jika tokoh yang ditampilkan adalah tokoh FIKTIF dan tokoh REAL. Apakah mempunyai dampak penguatan memori yang sama atau berbeda. Insyallah saya dapat menulis di media ini global analisa dari Islamic Quantum Learning, sangat menarik.

Rhizo Education

Jumat, 01 Juni 2012

Tips Memilih Jurusan di PTN

"Memilih jurusan kuliah bukan urusan yang mudah dan bukan persoalan yang sepele. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dan dipikirkan masak-masak. Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek akan berakibat fatal mulai dari kesadaran yang terlambat bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai pada drop out / DO atau dikeluarkannya seorang mahasiswa / mahasiswi karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya. Maka dari itu pemilihan jurusan sedini mungkin harus mulai dipertimbangkan. Salah pilih jurusan merupakan bencana dan kerugian yang besar bagi Anda di masa depan."

Cara memilih jurusan di Perguruan Tinggi yang baik:
1. Menyesuaikan Cita-Cita, Minat dan Bakat
Bagi yang telah memiliki cita-cita tertentu, maka lihatlah jurusan apa yang dapat membawa menuju profesi atau pekerjaan yang diinginkan tersebut. Janganlah memilih jurusan teknik geodesi jika Anda ingin menjadi seorang dokter ahli kandungan dan jangan pula memilih jurusan sastra jawa jika bercita-cita menjadi polisi.

Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat. Jika tidak menyukai hitung-hitungan janganlah mengambil jurusan matematika dan jika tidak menyukai menggambar jangan mengambil jurusan teknik sipil. Kemudian lihat bakat anda saat ini. Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.

2. Informasi yang Sempurna
Carilah informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih jurusan. Cari dan gali informasi dari banyak sumber seperti orang tua, saudara, guru, teman, bimbel, tetangga, konsultan pendidikan, kakak kelas, teman mahasiswa, profesional, dan lain sebagainya. Jangan mudah terpengaruh dengan orang lain yang kurang menguasai informasi atau ikut-ikutan teman / trend.
Internet juga merupakan media yang tepat dan bebas untuk bertanya kepada orang-orang di dalamnya tentang apa yang ingin kita ketahui. Cari situs forum atau chating melalui messenger dengan orang yang dapat dipercaya. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan bahan untuk membantu memilih jurusan.

3. Lokasi dan Biaya
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih jurusan tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.

Jika dana yang ada terbatas maka pilihlah lokasi kuliah yang dekat dengan tempat tinggal atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat kuliah yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu / freelance atau sponsor untuk mencukupi kebutuhan dana anda. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor yang sangat menghambat masa depan Anda.


4. Daya Tampung Jurusan / Peluang Diterima
Perhatikan daya tampung suatu jurusan di PTN dan PTS favorit. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk berkuliah di tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Anda bisa stres jika kehendak anda tidak terpenuhi. Buat banyak pilihan tempat kuliah beserta jurusannya.
Ukur kemampuan untuk melihat sejauh mana peluang menempati suatu jurusan di tempat favorit. Adanya seleksi massal yang murni seperti UMPTN, SPMB, Sipenmaru dan lain sebagainya dapat menjegal masa depan studi Anda jika tidak persiapkan dan diperhitungkan matang-matang. Pelajari soal-soal seleksi dan ikuti ujian try out sebagai percobaan Anda dalam mengukur kemampuan yang anda miliki.
Namun jangan terlalu minder dengan hasil yang didapat. Jika pada SPMB ada 2 jurusan yang dapat dipilih, pilih satu jurusan dan tempat yang Anda cita-citakan dan satu jurusan lain atau lokasi lain yang sesuai atau sedikit di bawah kemampuan Anda.

5. Masa Depan Karir dan Pekerjaan
Lihatlah ke depan setelah Anda lulus nanti. Apakah jurusan yang Anda ambil nanti dapat mengantar Anda untuk mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik? Banyak jurusan-jurusan yang saat ini lulusannya menganggur tidak bekerja. Tidak hanya orang dari jurusan tertentu saja yang dapat bekerja pada suatu profesi, karena saat ini rekrutmen perusahaan dalam mencari tenaga kerja tidak melihat seseorang dari latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika kompetensi, keberanian dan kemampuan anda jauh dari orang-orang normal, maka jurusan apapun yang Anda ambil sah-sah saja.

Biarkanlah hati dan akal sehat Anda bicara tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Konsultasikan dengan orang tua dan orang lain yang anda percayai. Pemilihan jurusan kuliah sangat menentukan masa depan Anda. Selamat berjuang!

 Rhizo Education