Model pembelajaran merupakan
strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap
belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial,
dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Merujuk
pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari
model tradisional menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi
untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu
aktivitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.Sejalan dengan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran
yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif.
Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja
bersama-sama. Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan
siswa.
Pembelajaran kooperatif
adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,2009 : 14).Menurut Slavin (1985)
dalam bukunya Isjoni (2010: 12) mengatakan, bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan
struktur kelompok heterogen.Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur
penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi
dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008: 241).
Pembelajaran kooperatif
adalah miniatur dari bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009: 51)Karakteristik Model Pembelajaran
KooperatifPembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran saat ini yang
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,
siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model ini telah terbukti
dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.Pada hakekatnya
pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru
yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif
karena menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran
kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, namun tidak setiap kerja kelompok
dikatakan pembelajaran kooperatif. Roger dan David dalam Bukunya Suprijono
(2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif.
Prosedur pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih
efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran
efektif yaitu yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat
dan diakui dari perolehan pengetahuan yang didistribusikan dalam bentuk nilai
hasil belajar.
Beberapa ciri dari
pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan
interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab
atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik pembelajaran sebagaimana dikemukakan Slavin (1995) dalam
bukunya Isjoni (2009: 33), yaitu :
1. Penghargaan kelompok,
penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria
yang ditentukan.
2. Pertanggung jawaban individu,
pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang
saling membentu dalam belajar.
3. Kesempatan yang sama
untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
Tipe Pembelajaran KooperatifMacam tipe
pembelajaran model pembelajaran kooperatif sangat beragam seperti yang terdapat
dalam buku Suyatno (2009) tentang Menjelajah Pembelajaran Inovatif ada 96
variasi model pembelajaran kooperatif, antara lain Student Teams Achievement
Division, Numbered Head Together, Jigsaw,Think Pairs Share, Teams Games
Tournament, Group Investigation, Contextual Teaching and Learning, Team
Assisted Individualy, Problem Based Instruction, Realistic Mathematics
Education, Problem Posing, Open Ended, Probing-Prompting, Cycle Learning,
Reciprocal, Somatic Auditory Visualization Intellectually, Visualization
Auditor Kinestic, Auditory Intellectualy Repetition, Means-Ends Analysis,
Creative Problem Solving, Think Talk Write, TwoSatay-Two Stray, Connecting
Organizing Reflecting Extending, Survey Question Read Recite Review, Survey
Question Read Reflect Recite Review, Meaningful Instructionnal Design,
certainly of Response Index, Double Loop Problem Solving, Cooperative
Integrated Reading and Composition, Inside Outside Circle, Diskursus Multy
Reprecentacy, KUASAI, Tari Bambu, Artikulasi, Debat, Role Playing, Talking
Stick, Student Facilitator and Explaining, Course Review Horay, Demonstration,
Explicit Instruction, Scramble, Pair Check, Make-a Macht, Mind Mapping,
Examples Non Examples, Direct Instruction, Picture and Picture, Cooperative
Script, Laps-Heuristik, Improve, Circuit Learning, Complete Sentence, Concept
Sentence, Kumon, Time Token, Take and Give, Superitem, Hibrid, Trefinger,
Induktif, Deduktif, Interaktif, Integratif, Generatif, Science Environment
Technology & Society, Tematik, Fragmeted, Connectec, Nested, Sequenced,
Shared, Webbed, Threaded, Integrated, Immersed, Networked, Grammer, Read,
Audiolingual, Reseptif, Produktif, Komunikatif, Mind Mapping, Game, Nature
Learning, Dol Speak, Learning Together, Deep Dialogue, Project Based Learning,
Active Learning, Reflective Learning, Aktif-Reflektif, inul Dance, Concept
Song, dan Beyond Center and Circle Time.
Akan tetapi dari banyak
macam tipe pembelajaran koperatif di atas yang banyak dikembangkan adalah model
STAD dan Jigsaw. Group Investigation sendiri adalah model pembelajaran yang
paling kompleks dan paling sulit diterapkan, sehingga hal inilah yang menjadi
dasar peneliti menerapkan model GI dan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
1. Student Team Achievement Division
(STAD)Tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan
kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok
untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku.
2. JigsawCiri-ciri
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu setiap anggota tim terdiri dari 5-6
orang yang disebut kelompok asal, kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi
kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai
keahliannya, dan kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar
informasi.
3. Group InvestigationTipe ini merupakan model
pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar
kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip
belajar demokrasi. Tipe ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa
untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan
siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Secara ringkas sintak
pembelajaran tipe pembelajaran GI adalah pemilihan topik, perencanaan
kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan
evaluasi. Jadi tipe GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan
kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif,
perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan
mereka kepada kelas.
Tipe ini paling kompleks dan
sulit diterapkan dibandingkan metode kooperatif yang lain. AsumsiAsumsi yang
mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : (Joyce,
2009 : 302)
1. Sinergi yang ditingkatkan
dalam bentuk kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar
daripada dalam bentuk lingkungan kompetitif individual.
2. Anggota-anggota kelompok
kooperatif dapat saling belajar satu sama lain. Setiap pembelajar akan memiliki
bantuan yang lebih banyak daripada dalam sebuah struktur pembelajaran yang
menimbulkan pengucilan antar satu siswa dengan siswa lainnya.
3. Interaksi antaranggota, akan
menghasilkan aspek kognitif semisal kompleksitas sosial, menciptakan sebuah
aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan pembelajaran ketika dibenturkan
pada pembelajaran tunggal.
4. Kerjasama meningkatkan
perasaan positif terhadap satu sama lain, menghilangkan pengasingan dan
penyendirian, membangun sebuah hubungan, dan memberikan sebuah pandangan
positif mengenai orang lain.
5. Kerjasama meningkatkan penghargaan diri,
tidak hanya melalui pembelajaran yang terus berkembang, namun juga melalui
perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan.
6. Siswa yang mengalami dan
menjalani tugas serta merasa harus bekerjasama dapat meningkatkan kapasitasnya
untuk bekerjasama secara produktif. Dengan kata lain, semakin banyak siswa
mendapat kesempatan untuk bekerjasama, maka mereka akan semakin mahir
bekerjasama, dan hal ini akan sangat berguna bagi skill sosial mereka secara
umum.
7. Siswa, termasuk juga
anak-anak, bisa belajar dari beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam bekerjasama.
Keuntungan dan Kelemahan
Model Pembelajaran Kooperatif,
Sharan (1990) mengatakan
bahwa pembelajaran dengan sistem pengelompokan dapat menyebabkan berpindahnya
motivasi dari tataran eksternal pada tataran internal (Joyce, 2009: 309).
Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas,
mereka akan tertarik pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari
kepentingannya sebagai siswa terhadap materi tersebut.Secara rinci keuntungan
menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah :
1. Dapat memberikan efek
yang sangat ampuh pada waktu singkat, baik dalam aspek pembelajaran akademik
maupun aspek skill.
2. Memberikan seorang (atau
beberapa orang) pendamping belajar yang menyenangkan dan bersama-sama
mengembangkan skill bersosial serta berempati terhadap orang lain.
3. Dapat meningkatkan
perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Sanjaya (2008: 249)
keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah :
Keunggulan
1. Siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berpikir sendiri.
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan.
3. Dapat membantu anak untuk
merespon orang lain.
4. Dapat memberdayakan siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Dapat meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
Kelemahan
1. Dengan leluasanya
pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa
yang dipelajari tidak akan tercapai.
2. Penilaian kelompok dapat membutakan
penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
3. Mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan waktu yang panjang.
Selanjutnya dalam bukunya
Isjoni (2009: 36) Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh
dalam pembelajaran ini adalah :
1. Saling ketergantungan
yang positif.
2. Adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu.
3. Siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas.
4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5. Terjalinnya hubungan yang
hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.
6. Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Kelemahan model pembelajaran
kooperatif adalah :
1. Guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Saat diskusi kelas terkadang didominasi
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Alim Sumarno, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar